BAB II
PEMBAHASAN
- 1. Peran dan fungsi guru
Guru ataupun dikenali juga sebagai
“pengajar”, “pendidik”, dan “pengasuh” merupakan tenaga pengajar dalam
institusi pendidikan seperti sekolah maupun tiusyen (kelas bimbinangan) yang
tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik.
Guru sebagai pengajar ialah orang yang
memiliki kemampuan pedagogi sehingga mampu mengutarakan apa yang ia ketahui
kepada peserta didik sehingga menjadikan kefahaman bagi peserta didik tentang
materi yang ia ajarkan kepada peserta didik. Seorang pengajar akan lebih mudah
mentransfer materi yang ia ajarkan kepada peserta didik, jika guru tersebut
benar menguasai materi dan memiliki ilmu atau teknik mengajar yang baik dan
sesuai dengan karakteristik pengajar yang professional.
Sebagai contoh pengajar yang
kompeten sehingga berhasil mencetak siswa-siswa yang pandai dan menguasai
materi adalah Yohanes Surya. Proses pembelajaran (learning proses) yang
dilakukannya dalam membimbing tim olimpiade fisika menuju keberhasilan di
tingkat internasional bias dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran bagi
guru-guru lainnya. Tidak tanggung-tanggung, mesti para siswa itu hanya
berpendidikan SMA dan satu diantaranya berpendidikan SMP, ilmu yang dipelajari
selama masa bimbingan dalam beberapa aspek setara dengan pengetahuan
pascasarjana. Sehingga dengan kefahaman dan kesiapan yang matang, para siswa
tidak canggung dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dalam kompetisi
olimpade.
sebagai pendidik, seorang guru harus
memiliki kesadaran atau merasa mempunyai tugas dan kewajiban untuk mendidik.
Tugas mendidik adalah tugas yang amat mulia atas dasar “panggilan” yang teramat
suci. Sebagai komponen sentral dalam system pendidikan, pendidik mempunyai
peran utama dalam membangun fondamen-fondamen hari depan corak kemanusiaan.
Corak kemanusiaan yang dibangun dalam rangka pembangunan nasional kita adalah
“manusia Indonesia seutuhnya”, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri disiplin, bermoral dan bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan hal itu, keteladanan dari seorang guru sebagai pendidik sangat
dibutuhkan.
Dapat dikatakan bahwa guru dalam
proses belajar mengajar mempunyai fungsi ganda, sebagai pengajar dan pendidik.
Maka guru secara otomatis mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai
kemajuan pendidikan. Begitu besarnya peranan guru sebagi pengajar dan pendidik,
maka harus diakui bahwa kemajuan pendidikan di bidang pendidikan sebagian besar
tergantung pada kewenangan dan kemampuan staff pengajar (guru). Pendidikan
Indonesia akan maju jika staff pengajar (guru) sebagai kemampuan sentral dalam
system pendidikan memiliki kualitas yang baik pula. Pendidikan Indonesia memerlukan guru yang memiliki kompetensi
mengajar dan mendidik yang inovatif, kreatif, manusiawi, cukup waktu untuk
menekuni tugas profesionalnya, dapat menjaga wibawanya di mata peserta didik
dan masyarakat (menjaga “profesionalitas conscience”) dan mampu meningkatkan
mutu pendidikan. Untuk mendapatkan guru yang demikian, dua hal yang perlu
mendapatkan perhatian yaitu pendidikan mereka (terutama pada pre-service
training atau pemantapan program pendidikan guru, bukan pada in training
service) dan kesejahteraan mereka .
Peningkatan kesejahteraan guru
memiliki peran penting dalam usaha memperbaiki pendidikan Indonesia yang sedang
terpuruk. Bank Dunia memberikan mutu guru guna memacu mutu pendidikan tidak
akan berpengaruh maksimal jika kesejahteraan tidak terpecahkan (Suroso. 2002).
Selain itu, peningkatan kesejahteraaan bisa berdampak positif pada usaha
pemberantasan korupsi di sekolah. Sebab, korupsi yang dipraktekkan guru umumnya
didorong factor kebutuhan (corruption by need). Untuk menyiasati kecilnya gaji,
mereka mengutip berbagai biaya ekstra dari murid, seperti menjual soal ujian
atau mengadakan kegiatan ekstrakurikuler.
Dalam “proses pendidikan” yang
bermutu, terlibat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif dan
psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah,
dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta
menciptakan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi
mensinkronkan berbagai input tersebut. Antara lain mensinergikan semua komponen
dalam interaksi (proses) belajar mengajar, baik antara guru, siswa dan sarana
pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik konteks kurikuler maupun
ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun non akademis
dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.
Mutu dalam konteks “hasil
Pendidikan” mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun
waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir semester, akhir tahun, 2 tahun,
atau 5 tahun bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan
(student achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (misal :
ulangan harian, ujian semester atau ujian nasional). Dapat pula prestasi di
bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olahraga, seni atau keterampilan
tambahan tertentu. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak
dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling
menghormati, kebersihan dan lain-lain.
Antara proses dan hasil pendidikan
yang bermutu saling berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak
salah arah, maka mutu dalam artian hasil (output) harus dirumuskan lebih dahulu
oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap kurun waktu
lainnya. Beberapa input dan proses harus selalu mengacu pada mutu hasil
(output) yang ingin dicapai. Dengan kata lain, tanggung jawab sekolah dlam
school based quality improvent bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab
akhirnya adalah pada hasil yang dicapai. Untuk mengetahui hasil/prestasi yang
dicapai oleh sekolah terutama yang menyangkut aspek kemampuan
akademik(kognitif) dapat dilakukan benchmarking (menggunakan titik acuan
standar nilai).
- 2. Peranan Guru terhadap Anak Didik
Peranan guru terhadap murid-muridnya
merupakan peran vital dari sekian banyak peran yang harus ia jalani. Hal ini
dikarenaka komunitas utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam
kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada
mereka.
Begitupun peranan guru atas
murid-muridnya tadi bisa dibagi menjadi dua jenis menurut situasi interaksi
sosial yang mereka hadapi, yakni situasi formal dalam proses belajar mengajar
di kelas dan dalam situasi informal di luar kelas. Dalam situasi formal,
seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang yang mempunyai
kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai kelas dan bisa
mengontrol anak didiknya.
Hal ini sangat perlu guna menunjang
keberhasilan dari tugas-tugas guru yang bersangkutan yakni mengajar dan
mendidik murid-muridnya. Hal-hal yang bersifat pemaksaan pun kadang perlu
digunakan demi tujuan di atas. Misalkan pada saat guru menyampaikan materi belajar
padahal waktu ujian sangat mendesak, pada saat bersamaan ada seorang murid
ramai sendiri sehingga menganggu suasana belajar mengajar di kelas, maka guru
yang bersangkutan memaksa anak tadi untuk diam sejenak sampai pelajaran selesai
dengan cara-cara tertentu. Tentunya hal di atas juga harus disertai dengan
adanya keteladanan dan kewibawaan yang tinggi pada seorang guru. Keteladanan
sangatlah penting.
Hal ini sejalan dengan teori
“Mekanisme Belajar” yang disampaikan David O Sears (1985) bahwa ada tiga
mekanisme umum yang terjadi dalam proses belajar anak, yaitu:
1)
asosiasi atau classical condotioning
berdasarkan dari percobaan yang dilakukan
Pavlov pada seekor anjing. Anjing tersebut belajar mengeluarkan air liur pada
saat bel berbunyi karena sebelumnya disajikan daging setiap saat terdengar bel.
Setelah beberapa saat, anjing itu akan mengeluarkan air liur bila terdengar
bunyi bel meskipun tidak disajikan daging, karena anjing tadi mengasosiasikan
bel dengan daging. Kita juga belajar berperilaku dengan asosiasi. Misalnya,
kata “Nazi” biasanya diasosiasikan dengan kejahatan yang mengerikan. Kita
belajar bahwa Nazi adalah jahat karena kita telah belajar mengasosiasikannya
dengan hal yang mengerikan.
2)
Reinforcement
orang belajar menampilkan perilaku tertentu
karena perilaku itu disertai dengan sesuatu yang menyenangkan dan dapat
memuaskan kebutuhan (atau mereka belajar menghindari perilaku yang disertai
akibat-akibat yang tidak menyenangkan). Seorang anak mungkin belajar membalas
penghinaan yang diterimanya di sekolah dengan mengajak berkelahi si pengejek
karena ayahnya selalu memberikan pujian bila dia membela hak-haknya. Seorang
mahasiswa juga mungkin belajar untuk tidak menentang sang profesor di kelas
karena setiap kali dia melakukan hal itu, sang profesor selalu mengerutkan
dahi, tampak marah dan membentaknya kembali.
3)
Imitasi
Seringkali orang mempelajari sikap dan
perilaku sosial dengan meniru sikap dan perilaku yang menjadi model. Seorang
anak kecil dapat belajar bagaimana menyalakan perapian dengan meniru bagaimana
ibunya melakukan hal itu.
Anak-anak remaja mungkin menentukan sikap
politik mereka dengan meniru pembicaraan orang tua mereka selama kampanye
pemilihan umum. Imitasi ini bisa terjadi tanpa adanya reinforcement eksternal
dan hanya melalui observasi biasa terhadap model.
imitasi adalah mekanisme yang paling kuat.
Dalam banyak hal anak-anakcenderung meniru perilaku orang dewasa dan selain
orang tua sianak, guru di sekolah merupakan orang dewasa terdekat keduabagi
mereka. Bahkan di zaman sekarang ini banyak terjadi kasus anak lebih mempunyai
kepercayaan terhadap guru dibanding pada orang tua mereka sendiri. Maka dari
itulah seorang guru harus bisa menunjukkan sikap dan keteladanan yang baik di
hadapan murid-muridnya, biar dikemudian hari tidak akan ada istilah ‘guru
kencing berdiri, murid kencing berlari’.
Dalam pendidikan, kewibawaan merupakan
syarat mutlak mendidik dan membimbing anak dalam perkembangannya ke arah tujuan
pendidikan. Bimbingan atau pendidikan hanya mungkin bila ada kepatuhan dari
pihak anak dan kepatuhan diperoleh bila pendidik mempunyai kewibawaan.
- 3. Peran guru dalam menciptakan anak bangsa yang berkualitas.
Dunia pendidikan sedang di
guncangkan oleh berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat, serta di tantang untuk dapat menjawab berbagai permasalahan lokal
dan perubahan global yang terjadi begitu pesat. Perubahan dan permasalahan
tersebut menurut Prof. Sanusi mencakup social change, turbulence, complexity, and
chaos; seperti pasar bebas ( free trade ), tenaga kerja bebas ( fre labour ),
perkembangan masyarakat informasi, serta perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya yang sangat dahsyat. Bersamaan dengan itu, bangsa
Indonesia sedang di hadapkan pada fenomena yang sangat dramatis, yakni
rendahnya daya saing sebagai indikator bahwa pendidikan belum mampu
menghasilkan Sumber Daya Manusia ( SDM ) berkualitas.
Dalam mempersiapkan SDM pembangunan,
pendidikan tidak bisa hanya terfokus pada kebutuhan material jangka pendek (
seperti yang banyak di prakekkan sekarang ), tetapi harus menyentuh dasar untuk
memberikan watak pada visi dan misi pendidikan, yaitu perhatian mendalam pada
etika moral dan spiritual yang luhur. Dalam hal ini, kualitas pendidikan di
pengaruhi oleh penyempurnaan sistematik terhadap seluruh komponen pendidik,
seperti ; peninhkatan kualitas dan pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang
di sempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana yang memadai, iklim
pe,belajaran yang kondusif, serta di dukung oleh kebijakan ( politifical will )
pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Dari semua itu komponen paling
menentukan berada di tangan guru, maka kurikulum, Sumber belajar, saran dan
prasarana, dan iklim pembelajaran menjadi sesuatu yang berarti bagi kehidupan
peserta didik. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama
dan utama. Figur ini akan menjadi sorotan srtategis ketika berbicara masalah pendidikan,
karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan.
Guru memegang peran utama dalam
pembangunan pendidikan, khususnya yang di selenggarakan secara formal di
sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam
kaitannya dengan proses – mengajar. Guru merupakan komponen yang paling
berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas.
Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang di lakukan uuntuk meningkatkan
kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa di
dukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan
kualitas pendidikan harus berpangkal dari guuru, berujung pada guru pula.
Slot Machines Casinos - Mapyro
BalasHapusFind casinos with Slot Machines online in your city. Find 안성 출장안마 out 대전광역 출장샵 the 김제 출장마사지 location 공주 출장샵 of slot machines in your city. Mapyro has 천안 출장마사지 a map showing casinos